Yummy Cupcake

Sabtu, 09 Maret 2013

Resume Sosiologi Umum TPB : SISTEM STATUS DAN PELAPISAN MASYARAKAT, SISTEM STATUS YANG BERUBAH "Runtuhnya Sistem Status Kolonial dalam Abad Kedua Puluh"


SISTEM STATUS DAN PELAPISAN MASYARAKAT
SISTEM STATUS YANG BERUBAH
Runtuhnya Sistem Status Kolonial dalam Abad Kedua Puluh
Oleh : W. F. Wertheim
 
            Sekitar tahun 1900, Belanda berhasil menegakan kekuasaannya di seluruh kepulauan Indonesia. Pelapisan masyarakat kolonial menurut garis ras, yang lazim terdapat di Jawa, mulai meluas ke pulau-pulau seberang. Tetapi pada abad 20 terjadi perkembangan dinamis yang menerobos pola yang kaku ini dan meningkatkan mobilitas sosial. Para pedagang kota di Indonesia melakukan pemberontakan menentang tradisi dan kekuasaan suku. Penanaman tanam-tanaman yang hasilnya untuk dijual di daerah-daerah luar kota juga telah menimbulkan sebentuk paham individualisme ekonomi tertentu yang memberontak terhadap ikatan-ikatan tradisioal dan terhadap kekuasaan ketua-ketua adat. Pendidikan juga mempunyai pengaruh dinamis di ulau-pulau luar Jawa, walaupun tidak sehebat di Jawa.
            Semenjak tahun 1900, di Jawa dapat pula diperhatikan bertambah meningkatnya perbedaan profesi. Bertambah meluasnya ekonomi uang dan meningkatnnya hubungan dengan barat menyebabkan timbulnya lapangan pekerjaan baru dan suatu kelompok baru yang naik sampai ke suatu tingkat diatas masyarakat pada umumnya karena kemampuan teknis mereka. Orang Indonesia semakin banyak bekerja dibidang perdagangan dibandingkan dengan sebelumnya, mual-mula sebagai pedagang kecil, kemudian sebagai pedagang menengah. Dalam kasus Hindia Belanda  tahun 1930 terdapat 908.940 orang “Bumiputera” yang menyebutkan perdagangan sebagai pekerjaan mereka yang utama.
            Perkembangan selanjutnya ketika masa depresi tahun 30-an juga menunjukkan bahwa bahkan sebelum tahun 1930, suatu kelas bumiputrera yang baru tumbuh telah mulai ada, mendobrak susunan masyarakat tradisional lama dan melakukan pengaruh yang bersifat individual. Tetapi di Jawa, pengaruh faktor-faktor ini seluruhnya terlindung oleh cara tradisional masyarakat. Akibatnya terasa bahkan dalam bentuk mengajar yang paling sederhana di desa. Terlepas dari bentuk pendidikan yang diberikan dan sebagaimana lumrahnya pendidikan itu bertentangan sekali dengan konsep-konsep bumiputera, kenyataan adanya pendidikan itu saja telah mendobrak struktur masyarakat pertanian.
            Dengan demikian, pendidikan telah menciptakan suatu kelas baru kaum cendikiawan atau setengah yang menduduki suatu posisi khusus dalam masyarakat. Pertama-tama, adanya kelas ini mempengaruhi sistem nilai kemasyarakatan dalam masyarakat Indonesia (dalam arti sempit) yang tidak hanya mendobrak susunan kemasyarakatan Jawa tradisional saja, namun mendobrak pelapisan sosial kolonial abad 20 yang berdasarkan perbedaan ras. Pendidikan Barat telah memberikan kesempatan kepada orang-orang Indonesia untuk mengisi jabatan-jabatan yang hanya disediakan untuk ‘kasta’ Eropa. Dengan cara begini, dasar sistem status kolonial berangsur-angsur rubuh. Disini sebagaimana juga di tempat-tempat lain, pendidikan telah bertindak sebagai dinamit terhadap sistem kasta kolonial. Orang-orang Indonesia yang telah mendapat sedikit pendidikan tidak dapat lagi menerima pelapisan sosial kolonial berdasarkan ras sebagai suatu yang semestinya begitu. Diskriminasi hukum dan sosial berkurang, tetapi sisa-sisanya semakin menusuk perasaan. Garis batas-batas sosial mulai mencair. Di pihak lain, di kalangan orang-orang Indonesia terdapat kecenderungan yang lebih besar untuk mengadakan persatuan. Ini disertai dengan kesadaran kebangsaan yang semakin meningkat dan rasa hormat yang semakin berkurang terhadap  bahasa  Belanda sebagai suatu faktor sosial, juga terhadap pengangkatan di dalam dinas pemerintahan Belanda dan terhadap sikap berasimilasi ke dalam kalangan-kalangan Belanda. Penggunaan bahasa Indonesia, suatu bentuk bahasa Melayu yang dipermodern, serta pemakaian kopiah, suatu tutup kepala berwarna hitam, telah menjadi lambing dari kesadaran nasional.
            Terdapat suatu kecendrungan yang kuat kearah suatu sistem nilai yang baru berdasarkan kemakmuran individu dan kemampuan intelektual seseorang; tetapi perkembangan ini pada umumnya masih ditahan, baik oleh sisa-sisa struktur feodal maupun kolonial.

1 komentar:

  1. terima kasih kak :) ini sangat bermanfaat untuk saya memahami teks tersebut

    http://nugrahenips.student.ipb.ac.id/

    BalasHapus

 

My Acta Diurna Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez