Yummy Cupcake

Sabtu, 07 September 2013

Resume Sosiologi Umum TPB : MANFAAT KEARIFAN EKOLOGI TERHADAP PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP STUDI ETNOEKOLOGI DI KALANGAN ORANG BIBOKI

MANFAAT KEARIFAN EKOLOGI TERHADAP PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
STUDI ETNOEKOLOGI DI KALANGAN ORANG BIBOKI
Oleh : Yohanes Gabriel Amsikan

Pendahuluan
            Kearifan ekologi yang dibicarakan di sini meliputi bidang pertanian ladang berpindah, dalam perspektif etnoekologi. Wilayah Biboki merupakan daerah sabana, yakni padang rumput yang luas diselingi belukar yang tidak begitu lebat.

Metode Penelitian
            Penelitian lapangan (field work) ini dilakukan secara kualitatf (Alausuutari 1995) dan etnografi (Spradley 1972). Hal ini berarti kenyataan yang diberi makna oleh masyarakat dicoba dilihat secara emik dari kacamata masyarakat yang diteliti dan etik, yaitu dari kacamata peneliti (Putra 1994).

Hasil dan Pembahasan
            Dipandang dari aspek mata pencaharian orang Biboki yang hampir seluruhnya adalah kegiatan pertanian, maka terdapat cukup alasan untuk mengkaji kearifan ekonologi dalam konteks sejumlah pengetahuan yang berkaitan dengan kegiatan tersebut sebab dari aneka ragam pengetahuan tersebut dapat diperoleh informasi mengenai pola adaptasi ekologis yang dimilikinya, yang sejauh ini memainkan peranan yang penting dalam keberhasilan kegiatan pertanian mereka.

Simpulan
            Studi etnoekologis mengenai sistem pertanian perladangan untuk menguak kearifan ekologi orang Biboki memberikan sejumlah informasi, seperti berikut :
            Pertama, kenyataannya bahwa lingkungan alam seperti tanah, hutan dan air perlu dijaga agar tetap memberikan hasil yang memadai setiap kali diolah. Pandangan ini tidak saja dimiliki oleh masyarakat Biboki, tetapi juga orang luar Biboki, termasuk pemerintah setempat.
            Kedua,  selain persamaan,  terdapat pula perbedaan.  Bagi pemerintah,  tanah, yang masih banyak belukar atau hutannya, berguna untuk menjaga kesuburan tanah dan menjadi tempat berlindung margasatwa, sedangkan orang  Biboki beranggapan bahwa selama tanah masih menumbuhkan tanaman yang sehat hingga masa panen, selama tanah masih memberikan rezeki kepada mereka, mereka tetap yakin bahwa keadaan tanah masih baik, keadaan lingkunga mereka masih layak huni.
            Ketiga, orang Biboki memiliki pola perilaku yang berbeda, karena mereka memiliki pemahaman yang berbeda dengan pemerintah mengenai lingkungan. Kedekatan mereka dengan lingkungannya membuat mereka mengetahui dengan jelas klasifikasi tanah yang layak untuk ditempati, untuk ladang, kandang, dan lain-lain. Kearifan ekologi ini jelas berbeda dengan pemerintah yang mendasarkan pemikirannya pada temuan-temuan ilmiah mengenai kerusakan alam yang ditentukan antara lan melalui ukuran fisik dan biologis.

            Dari temuan-temuan di atas, maka dapat dimengerti bagaimana himbauan-himbauan untuk melestarikan alam “gagal”  di tanggapi oleh orang Biboki. Guna menghindari sikap etnosentris, peneliti perlu memperhatikan gagasan dari sudut pandangan orang lain, terutama masyarakat yang diteliti. Dengan demikian, dapat terjadi perpaduan sudut pandang antara peneliti dan masyarakat yang diteliti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

My Acta Diurna Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez