Yummy Cupcake

Kamis, 18 Oktober 2012

Resume Sosiologi Umum TPB : KEHIDUPAN SUKU DAYAK KENYAH DAN MODANG DEWASA INI


KEHIDUPAN SUKU DAYAK KENYAH DAN MODANG DEWASA INI
Inventarisasi Sebuah Proses Pemiskinan
Oleh : Franky Raden

            Daerah pemukiman suku Dayak Kenyah dan Modang berada di wilayah Kecamatan Ancalong, Kabupaten Kutai, Tenggarong. Daerah ini adalah daerah terisolir yang dulunya hidup dalam keutuhan bentuk kebudayaan dan sistem yang asli. Namun, setelah masuk misionaris Belanda yang membawa agama Kristiani ke daerah ini tahun ’30-an mulai timbul bermacam-macam persoalan baru dalam tubuh masyarakat mereka. Akumulasi dari konflik ini membawa efek ke jurang perpecahan yang tragis antar anak-anak suku bahkan antar keluarga sendiri yang masih satu darah.
keturunan. Ini adalah awal dari proses pemiskinan yang menggerogoti setiap sisi kehidupan mereka.
Didaerah yang sekarang ini mayoritas perkampungan sepanjang Sungai Kelinjau adalah suku Dayak Kenyah dan Modang ini, menyelip beberapa suku lain. Dengan jumlah yang sedikit, pendatang-pendatang ini ternyata bisa menguasai arus perekonomian suku Dayak.
            Dilihat sepintas lalu kehidupan mereka sehari-hari kelihatan berkecukupan, namun dibalik itu kenyataannya tidak demikian. Kondisi perekonomian akhirnya merupakan salah satu faktor yang paling kuat dalam mengakibatkan kegoncangan dan memojokkan kehidupan orang-orang Dayak. Dalam kondisi yang demikian, kebudayaan dan kesenian mereka pun tidak lolos dari distrosi yang luar biasa. Terciptanya kondisi-kondisi demikian dalam segala isi kehidupan suku Dayak tidak dapat dilepaskan dari penanganan dan tanggung jawab pemerintah. Namun, hampir semua usaha penguluran tangan pemerintah nyaris hanya menjebak mereka ke dalam masalah-masalah kehidupan yang lebih rumit dan sukar untuk mereka atasi.
            Faktor terjahat yang menimpali kegoncangan dalam kehidupan masyarakat Dayak adalah munculnya penguasa-penguasa hutan yang  mendadak mengunci hutan untuk daerah perladangan, tempat sumber kehidupan mereka. Ini membuat mereka saat ini pontang-panting berusaha mencari alternatif hidup lain.
Tanggalnya sebuah roda kehidupan yang menggerakan seluruh sistem nilai mereka, merupakan titik awal dari munculnya khoas yang memproses masyarakat mereka makin tenggelam, makin miskin, bukan hanya dari material tetapi juga spiritual. Dari sini jelas bahwa proses pemiskinan yang mereka alami adalah proses pemiskinan nilai secara keseluruhan di tiap sisi kehidupan, bukan hanya masalah kemiskinan yang umumnya didentifisir dari satu sektor kehidupan belaka yaitu ekonomi. Namun, secara ekstrim dapat dikatakan bahwa yang terjadi pada suku Dayak saat ini tidak lain dari sebuah proses pemusnahan eksistensi sekelompok manusia dalam dimensi masalah kultural.
Sekarang  menjadi  jelas bahwa masalah kemiskinan di negeri kita bukan hanya masalah bagaimana manusia Indonesia dapat hidup  layak  dari  kriteria  tingkat kehidupan ekonomi mereka belaka. Yang lebih mendasar adalah bagaimana menghormati dan memberi hak hidup mereka di atas nilai kultur tradisi sendiri.
Peletakan masalah untuk apa yang terjadi pada masyarakat seperti suku Dayak ini adalah bagaimana sekelompok manusia dapat hidup mandiri di dalam ruang gerak kultur tradisi mereka sendiri. Hikmah dan kesadaran akan dimensi nilai ini harus diambil untuk membangun strategi politik bangsa kita di muka dunia, di mana wajah poli-kultur Indonesia dapat mencuatkan ketegaran suatu sosok nilai. Masalah yang dihadapi suku Dayak ini sebenarnya adalah miniatur masalah yang terjadi di Indonesia, di mana masuknya sistem nilai kebudayaan barat ini yang tiba-tiba memaksa kesadaran kita untuk melihat fenomena kehidupan bangsa Indonesia dalam konteks masalah kemiskinan yang diidentifisir melalui kriteria tingkat kehidupan ekonomi yang berlaku di sana.
Terciptanya semua masalah itu, baik yang terjadi secara mikro di desa-desa maupun yang terjadi secara makro di negara ini membuktikan bahwa masyarakat kita, baik yang tinggal di desa ataupun di kota, baik orang-orang yang biasa maupun kaum intelektual sebenarnya masih berada dalam kondisi yang arkhanis, tidak ada yang superior antara satu dengan yang lainnya. Sekarang masalahnya adalah bagaimana membawa dan memanfaatkan semua posisi yang aktif dan memiliki otoritas untuk kepentingan Negara dan 140 juta manusia, Indonesia.

1 komentar:

 

My Acta Diurna Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez