Yummy Cupcake

Kamis, 18 Oktober 2012

Resume Sosiologi Umum TPB : OMPU MONANG NAPITUPULU INGIN SEDERHANAKAN BUDAYA BATAK


OMPU MONANG NAPITUPULU INGIN SEDERHANAKAN BUDAYA BATAK
Oleh : Arbain Rambey

            Dalam seminggu terakhir ini, pembaca surat kabar di Medan seakan dibombardir dengan iklan – iklan yang mengajak agar masyarakat Batak Toba di mana pun berada untuk mengusir perusahaan yang merusak lingkungan Bona Pasogit. Lingkungan Bona Pasogit adalah bahasa sub-etnik Batak Toba untuk menyebut daerah tempat tinggal mereka di Sumatera Utara, tepatnya di sekitar Danau Toba.
Pemasang iklan itu adalah Parbato atau Pertungkoan Batak Toba, sebuah organisasi kesukuan yang berdiri pada bulan agustus 1997. Ompu Monang Napitupulu, ketua Parbato sejak 1997 dengan berapi-api memaparkan pentingnya tiap etnis di Indonesia punya kesadaran diri untuk menggalang solidaritas kecil yang akhirnya berguna untuk solidaritas Indonesia secara keseluruhan.
Batak Toba sendiri adalah satu buah sub-etnis dari suku Batak yang  memiliki streotipe umum orang Batak seperti ceplas-ceplos, berwatak keras, senang menyanyi dan berwajah khas dengan dagu persegi.
Watak keras tampak jelas pada Ompu Monang. Namun dibalik kekerasan sikapnya itu Ompu Monang yang memiliki nama asli Daniel Napitulu menyimpan banyak “kehangatan” khas Batak. Bahkan, nama Ompu Napitupulu yang diambil setelah kelahiran cucu pertamanya, menunjukkan kehangatan kekerabatan dalam budaya Batak Toba yang juga terlihat di upacara perkawinan Batak Toba.
Dari satu sisi, kekerabatan ini membawa arus positif. Rasa tanggung jawab pada pendidikan dan perawatan seorang anak bisa melebar pada paman-pamannya. Sedangkan sisi negatifnya adalah penghamburan uang dan waktu. Hal ini terlihat pada lamanya acara keluarga yang sangat bertele-tele di sebuah pesta Batak, pengulosan dan pemberian nasehat kepada mempelai di upacara perkawinan,  serta pembangunan makam-makam Batak Toba yang nilainya sampai ratusan juta rupiah per makamnya.
Untuk mengatasi penyelewengan adat Batak Toba, sudah beberapa kali Parbato menyelenggarakan seminar. Namun hasil seminar masih terbatas dan belum ada tindakan nyata untuk mengatasi keborosan adat. Untuk mengatasi kebuntuan itu, pada acara perkawinan anak perempuannya, Ompu Monang melaksanakannya dengan efisien namun tidak keluar dari adat Batak Toba. Salah satunya dengan membatasi ulos yang diberikan dan tidak adanya pemberian nasehat dari banyak orang. Ompu Monang berharap contoh itu bisa menjadi  pemutus penyelewengan adat yang boros karena menurutnya perbuatan nyata adalah nasehat terbaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

My Acta Diurna Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates Image by Tadpole's Notez